Minggu, 05 Mei 2013

ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI DAN PENELITIAN



A.Pendahuluan
Pada awal tahun 1970-an, berbicara mengenai penelitian agama di IAIN dianggap tabu. Agama adalah wahyu tidak mungkin bisa diteleti menurut kaca mata ilmiyah. Sebab antara ilmu dan nilai, ilmu dan agama tidak dapat disinkronkan. Senada dengan itu, sikap yang sama juga terjadi di Barat. Dalam pendahuluan buku Seven Theoris Of Religion dikatakan, dahulu orang eropa menolak anggapan adanya  kemungkinan meneliti agama.
Mungkinkah kita meneliti agama, apalagi agama islam, oleh orang islam sendiri?. Tentu saja, agama termasuk islam sangat mungkin diteliti. Dalam bab ini akan dibicarakan mengenai agama sebagai gejala budaya dan sosial, islam sebagai wahyu dan produk sejarah, studi islam diperguruan tinggi di dunia dan refleksi untuk masa depan IAIN.

B. Agama sebagai gejala budaya dan gejala sosial
Dalam penelitian agama yang harus dipertanyakan pertama kali adalah agama yang sedang diteliti akan dilihat dari gejala apa, menurut  perspektif mana agama akan diteliti. Kemudian berusaha mensinkronkan antara agama dan perspektif keilmuan tersebut.
Pada awalnya ilmu hanya ada dua: ilmu kealaman dan ilmu budaya. Ilmu kealaman mencari keteraturan-keteraturan yang terjadi pada alam. Dimana suatu hasil penelitian dapat dites pada waktu  yang lain dengan hasil yang sama dengan memperhatikan gejala eksak. Mencari keterulangan dari gejala-gejala, yang kemudian diangkat menjadi teori (positifisme). Sebaliknya, ilmu budaya mempunyai sifat tidak berulang, tetapi unik.
Sementara penelitian ilmu sosial berada diantara penelitian kealaman dan penelitian budaya, yang mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang tetapi dengan memahami keterulangannya. Terdapat dua aliran penelitian sosial. Pertama, aliran bahwa penelitian sosial lebih dekat pada penelitian budaya. Kedua, aliran yang menyatakan lebih dekat pada penelitian kealaman. Dikalangan sosiologi indonesia juga ada dua kelompok: kelompok kualitatif dan kelompok kuantitatif.
            Pertanyaanya adalah bisakah agama didekati secara kualitatif atau kuantitatif? Jawabannya, bisa. Agama bisa didekati secara kuantitatif dan kualitatif sekaligus, atau salah satunya, tergantung agama yang sedang ditetliti itu dilihat sebagai gejala apa.
            Ada lima bentuk gejala yang perlu diperhatikan. Pertama, scripture dan simbol-simbol. Kedua, para penganut agama yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya. Ketiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat. Keempat, alat-alat. Kelima, organisasi-organisasi keagamaan tempat para penganut berkumpul dan berperan. Penelitian keagamaan dapat mengambil sasaran salah satu atau beberapa dari bentuk gejala tersebut.
            Kita boleh mengambil tokohnya sebagai sasaran penelitian agama. Bagaimana kehidupan tokoh tersebut dan pemikirannya. Dapat pula kita meneliti Alqur’an sebagai sumber nilai, masjid sebagai alat-alat, shalat sebagai ibadat dan atau Syi’ah sebagi organisasi keagamaan.
Mengenai agama sebagai gejala sosial, pada dasarnya tertumpu pada konsep sosiologi agama. Pada zaman dahulu, sosiologi agama mempelajari interaksi antara agama dan masyarakat. Belakangan, sosiologi agama mempelajari bukan soal hubungan timbal-balik itu, melainkan lebih pada pengaruh agama terhadap tingkah laku masyarakat. Meski tidak dapat dipungkiri masyarakat juga mempengaruhi pemikiran keagamaan. kitabnya boleh satu tapi interpretasi terhadap kandungan kitab tersebut bisa jadi berbeda. Seperti lahirnya teologi Syi’ah, Khawarij, Ahli Sunnah Wal Jama’ah sebagai produk pertikaian politik.
Letak geografis, budaya, kondisi sosial, politik dan sebagainya juga dapat menjadi faktor perbedaan penafsiran masyarakat terhadap “kitab” atau dengan kata lain masyarakat dapat mempengaruhi pemikiran keagamaan. Dan ini juga bisa menjadi sasaran penelitian agama.  

C. Islam sebagai wahyu dan produk sejarah


1.      Islam sebagai wahyu
Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Wahyu terdiri dari dua macam: Al-Qur’an dan hadits. Kedua wahyu ini dapat menjadi sasaran penelitian.
Dalam Al-Qur’an sendiri banyak persoalan-persoalan yang penting untuk diteliti. Mulai dari latar belakang lahirnya suatu ayat, maksud ayat tersebut, pemahaman terhadap ayat, cara membaca, melagukan, dan lain-lain. Mengenai nasakh-mansukh para ulama berbeda pendapat dalam jumlah ayat yang dimansukh. Dan perbedaan ini perlu diteliti.
Selanjutnya, menjadi penting pula menjadi sasaran penelitian adalah isi Al-Qur’an itu sendiri. Sebab Al-Qur’an selain berbicara tentang keimanan, ibadah, aturan-aturan, juga berbicara isyarat-isyarat ilmu pengetahuan. Dalam hal ini studi interdisipliner menjadi keniscayaan. Maka ilmu-ilmu seperti sosiologi, botani, matematika dan sebagainya perlu dipelajari dalam upaya memahami Al-Qur’an.
Kemudian, islam sebagai wahyu yang dicerminkan dalam hadits-hadits yang ternyata banyak pula persoalan-persoalan yang perlu diteliti. Pengumpulan hadits, misalnya, yang dalam sejarah pengumpulannya  mengalami peningkatan jumlah. Mengapa bisa demikian? Ada pula hadits shahih, mutawatir, mashur dan ahad, hadits dirayah dan riwayah.  Wilayah-wilayah inilah antara lain yang dapat dijadikan kajian atau sasaran penelitian.
Studi interdisipliner terhadap hadist pun perlu pula dilakukan. Seperti hadist mengenai psikologi, pendidikan, iptek dan sebagainya. Usaha pengumpulan dan pembandingan hadist dengan penemuan ilmu modern penting dilakukan.

2.      Islam sebagai produk sejarah dan sasaran penelitian
Islam sebagai wahyu yang datang langsung dari Allah ternyata ada bagian-bagian dunia yang merupakan produk sejarah. Produk sejarah itu timbul dari berbagai aspek yang mempunyai makna yang berbeda-beda dari mulai islam klasik ,tengah dan modern.Teologi syi’ah, konsep Khulafa ar-Rasyidin, kitab Al-Muwatta, sistem politik, ekonomi dan sosial di negara-negara islam, arsitektur islam, lukis, kaligrafi, seni  dan sebagainya adalah produk sejarah. Dan semua itu dapat dijadikan objek penelitian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

About